Generasi Z, yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, seringkali dianggap sebagai generasi yang lebih sensitif dan kurang tahan banting dibandingkan generasi sebelumnya. Anggapan ini semakin diperkuat dengan banyaknya laporan yang menyebutkan bahwa banyak individu Gen Z merasa kesulitan menghadapi tekanan di tempat kerja.
Mengapa Gen Z Lebih Mudah Stres?
Beberapa faktor yang menyebabkan Gen Z lebih rentan terhadap tekanan kerja antara lain:
- Ekspektasi yang tinggi: Generasi Z tumbuh di era digital yang serba cepat. Mereka terbiasa dengan segala sesuatu yang instan dan memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap diri sendiri dan lingkungan kerja.
- Tekanan sosial media: Media sosial menciptakan standar kecantikan dan kesuksesan yang tidak realistis. Gen Z sering merasa tertekan untuk terus menampilkan kehidupan yang sempurna di media sosial, yang dapat berdampak pada kesehatan mental mereka.
- Kurangnya pengalaman: Banyak anggota Gen Z baru memasuki dunia kerja. Kurangnya pengalaman dan dukungan dari rekan kerja yang lebih senior dapat membuat mereka merasa kewalahan.
- Perubahan iklim dan ketidakpastian ekonomi: Isu-isu global seperti perubahan iklim dan ketidakpastian ekonomi juga dapat meningkatkan tingkat stres pada generasi muda.
Dampak Tekanan Kerja pada Gen Z
Tekanan kerja yang berkepanjangan dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik Gen Z, seperti:
- Burnout: Kelelahan fisik, emosional, dan mental yang ekstrem akibat tekanan kerja yang berlebihan.
- Depresi: Perasaan sedih yang berkepanjangan dan kehilangan minat pada aktivitas yang biasanya disukai.
- Ansietas: Perasaan cemas dan khawatir yang berlebihan.
- Masalah fisik: Sakit kepala, gangguan tidur, dan masalah pencernaan.
Bagaimana Mengatasi Tekanan Kerja pada Gen Z?
Menurut Boy138 Untuk membantu Gen Z mengatasi tekanan kerja, diperlukan pendekatan yang komprehensif, baik dari individu maupun perusahaan. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain:
- Meningkatkan kesadaran: Edukasi mengenai kesehatan mental dan pentingnya menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
- Menciptakan lingkungan kerja yang suportif: Membangun budaya kerja yang positif, menghargai keberagaman, dan memberikan kesempatan bagi karyawan untuk berkembang.
- Menawarkan program kesejahteraan: Menyediakan program-program seperti yoga, meditasi, atau konseling untuk membantu karyawan mengelola stres.
- Memberikan fleksibilitas: Memberikan opsi bekerja dari rumah atau mengatur jadwal kerja yang fleksibel.
- Membangun jaringan sosial: Membantu karyawan membangun hubungan yang kuat dengan rekan kerja dan atasan.
Generasi Z memang menghadapi tantangan unik dalam dunia kerja. Namun, dengan pemahaman yang lebih baik mengenai faktor-faktor yang menyebabkan stres dan upaya yang tepat, kita dapat membantu mereka mengatasi tekanan kerja dan mencapai kesuksesan dalam karier mereka.