Mengapa Orang Kaya Masih Berutang?
Orang kaya sering kali dianggap memiliki segala hal dan bebas dari utang. Namun, faktanya tidak demikian. Bahkan beberapa tokoh terkenal seperti Sandiaga Uno, Erick Thohir, hingga pengusaha besar lainnya justru memiliki utang dalam jumlah besar. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, kenapa orang-orang yang sudah sangat kaya ini masih berutang? Dalam artikel ini, kita akan membahas alasan-alasan yang mendasari keputusan mereka untuk tetap memiliki utang meski kekayaan yang dimiliki sudah luar biasa besar.
Utang Bukan Selalu Buruk
Banyak orang berpikir bahwa utang adalah hal yang harus dihindari sebisa mungkin. Jika memungkinkan, mereka lebih suka membayar segala sesuatu dengan uang tunai agar terbebas dari beban cicilan atau bunga. Namun, perspektif ini tidak selalu tepat. Utang sebenarnya tidak selalu buruk, asalkan digunakan dengan bijak.
Utang yang digunakan untuk hal-hal konsumtif, seperti membeli barang-barang yang tidak menghasilkan pendapatan, memang bisa menjadi masalah. Misalnya, berutang untuk membeli barang-barang mewah yang nilainya akan menurun seiring waktu. Namun, dalam dunia keuangan, utang sering kali dianggap sebagai alat untuk leverage, yaitu memanfaatkan utang untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Menggunakan Utang untuk Meningkatkan Kekayaan
Orang kaya sering menggunakan utang sebagai leverage untuk meningkatkan kekayaan mereka. Salah satu alasannya adalah karena bunga yang dikenakan pada utang tersebut jauh lebih rendah daripada potensi return yang bisa mereka dapatkan dari investasi. Misalnya, jika seseorang mengambil KPR (Kredit Pemilikan Rumah) dengan bunga 5-6% per tahun, sementara sisa uang yang dimiliki diinvestasikan dalam bisnis atau saham yang memberikan return 15-20% per tahun, maka secara matematis, orang tersebut justru untung besar meski harus membayar bunga utang.
Tokoh-tokoh seperti Sandiaga Uno, Erick Thohir, hingga Nadim Makarim, yang sebagian besar kekayaannya dalam bentuk surat berharga, memanfaatkan utang sebagai cara untuk menjaga arus kas mereka tetap lancar. Dengan demikian, mereka tetap bisa berinvestasi dan mendapatkan return yang jauh lebih besar daripada bunga utang yang harus mereka bayar.
Cash is King, Liquidity is Queen
Alasan lain mengapa orang kaya tetap memiliki utang adalah karena mereka ingin menjaga likuiditas. Dalam dunia bisnis dan investasi, likuiditas atau kemampuan untuk mengakses uang tunai dengan cepat sangat penting. Kesempatan investasi yang menarik bisa muncul kapan saja, dan tanpa likuiditas yang memadai, peluang tersebut bisa hilang begitu saja.
Oleh karena itu, banyak orang kaya yang memilih untuk tidak melunasi utang mereka sekaligus, meskipun mereka punya kemampuan finansial untuk melakukannya. Mereka lebih memilih untuk menyimpan uang tunai mereka agar siap menghadapi peluang investasi yang muncul di kemudian hari. Prinsip ini sering disebut sebagai “cash is king and liquidity is queen” dalam dunia keuangan.
Contoh Orang Kaya dengan Utang Besar
Untuk memahami lebih lanjut mengapa orang kaya masih berutang, mari kita lihat beberapa contoh nyata. Berikut adalah beberapa tokoh terkenal di Indonesia yang memiliki kekayaan luar biasa namun tetap memiliki utang:
- Sandiaga Uno
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta pengusaha sukses ini memiliki kekayaan sekitar 10,62 triliun rupiah. Meski begitu, Sandiaga Uno juga memiliki utang sebesar 289 miliar rupiah. Sebagian besar kekayaannya berupa surat berharga, yang artinya ia lebih memilih untuk menginvestasikan uangnya daripada melunasi utang. - Erick Thohir
Menteri BUMN ini juga dikenal sebagai salah satu pengusaha sukses dengan total kekayaan sekitar 2,3 triliun rupiah. Meski begitu, Erick Thohir memiliki utang sebesar 176 miliar rupiah. Seperti halnya Sandiaga Uno, sebagian besar kekayaan Erick Thohir juga berada dalam bentuk surat berharga. - Dato Sri Tahir
Pendiri Mayapada Group ini memiliki kekayaan sekitar 15,7 triliun rupiah dengan utang sebesar 6,9 triliun rupiah. Kebanyakan hartanya juga berupa surat berharga dan aset lainnya yang menghasilkan return tinggi. - Nadiem Makarim
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta pendiri Gojek ini memiliki kekayaan sekitar 1,3 triliun rupiah dan utang sebesar 193 miliar rupiah. Kekayaannya juga sebagian besar dalam bentuk surat berharga dan aset produktif lainnya.
Utang Sebagai Alat Keuangan
Jadi, apakah utang itu buruk? Tidak selalu. Yang penting adalah bagaimana kita menggunakan utang tersebut. Orang kaya menggunakan utang sebagai alat untuk meningkatkan kekayaan mereka. Mereka memanfaatkan leverage yang diberikan oleh utang untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Selain itu, mereka juga menjaga likuiditas mereka agar siap menghadapi peluang investasi yang mungkin muncul kapan saja.
Namun, ada beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam berutang. Pertama, pastikan utang yang diambil tidak melebihi 30% dari pendapatan bulanan. Kedua, hindari utang konsumtif yang tidak menghasilkan uang. Dan ketiga, hindari utang dengan bunga yang terlalu tinggi. Jika ketiga prinsip ini diikuti, maka utang bisa menjadi alat yang sangat berguna untuk mencapai tujuan keuangan.