Doom spending, atau “belanja bencana,” merupakan fenomena yang cukup sering kita jumpai, terutama di kalangan generasi milenial dan Gen Z. Berasal dari istilah “doom” yang berarti kehancuran atau bencana, doom spending terjadi ketika orang merasa cemas, stres, atau bahkan takut akan kondisi dunia yang semakin kacau dan penuh ketidakpastian. Alih-alih menabung atau mengatur keuangan dengan baik, mereka justru menghabiskan uang secara berlebihan untuk mengalihkan perhatian dari kekhawatiran ini.
kepo365 menyebut Fenomena ini menyerupai konsep “retail therapy” atau terapi belanja, di mana orang berbelanja untuk merasa lebih baik, namun skalanya jauh lebih besar. Saat kita berada di tengah krisis global—baik itu perubahan iklim, pandemi, atau ketidakstabilan ekonomi—godaan untuk menghilangkan stres dengan cara berbelanja semakin besar.
“Saat kita membeli sesuatu, otak kita melepaskan hormon yang membuat kita merasa senang seperti dopamin dan endorfin,” kata Iona Bain, seorang pakar keuangan. “Berbelanja selalu menjadi cara yang mudah untuk menenangkan diri, namun dalam jangka panjang bisa menjadi bumerang.”
Mengapa Doom Spending Terjadi?
Berbagai faktor berkontribusi terhadap meningkatnya doom spending, termasuk kecemasan yang diakibatkan oleh krisis global dan ketidakpastian masa depan. Ponsel pintar dan media sosial turut memperburuk keadaan, dengan iklan-iklan yang muncul setiap saat dan mendorong konsumsi impulsif. Skema seperti “beli sekarang, bayar nanti” semakin mempermudah orang untuk melakukan pembelian, tanpa memikirkan konsekuensi jangka panjang.
Survei kepo365 menunjukkan bahwa 43 persen generasi milenial dan 35 persen Gen Z terjebak dalam pola doom spending. Banyak dari mereka yang merasa tidak bisa keluar dari lingkaran ini karena tekanan sosial, iklan yang terus menerus, serta ketidakpastian ekonomi. Ketika tabungan terasa mustahil, pembelian barang-barang mewah seperti pakaian, gadget, atau liburan sering kali menjadi cara untuk merasa kembali memiliki kendali atas hidup mereka, meskipun hanya sementara.
Dampak Doom Spending Bagi Ekonomi dan Masyarakat
Doom spending tidak hanya merugikan individu yang melakukannya, tetapi juga memiliki dampak lebih luas terhadap ekonomi. Konsumerisme berlebihan ini menambah beban utang bagi banyak orang, terutama kaum muda yang sudah menghadapi ketidakpastian finansial. Dalam jangka panjang, fenomena ini dapat menurunkan daya beli dan meningkatkan risiko krisis utang pribadi.
Selain itu, doom spending juga bisa memperburuk masalah lingkungan. Membeli barang-barang yang tidak diperlukan berarti meningkatkan produksi dan limbah, yang pada gilirannya mempercepat laju kerusakan lingkungan, khususnya dalam hal perubahan iklim. Dengan demikian, doom spending bukan hanya berbahaya bagi kondisi finansial pribadi, tapi juga bagi keberlanjutan planet ini.
Bagaimana Menghentikan Kebiasaan Doom Spending?
1. Buatlah Catatan Pengeluaran
Langkah pertama dalam menghentikan doom spending adalah menyadari kebiasaan belanja Anda. Dengan mencatat setiap pengeluaran, Anda bisa melihat pola belanja yang mungkin terjadi ketika Anda sedang merasa cemas atau tertekan. Anda juga bisa mengidentifikasi pemicu emosional yang mendorong Anda untuk berbelanja, sehingga dapat lebih mudah menghindarinya di masa depan.
2. Batasi Penggunaan Media Sosial dan Aplikasi Belanja
Media sosial adalah salah satu pemicu terbesar doom spending, terutama dengan hadirnya influencer dan iklan yang terus menggoda untuk membeli barang-barang baru. Mengurangi waktu yang Anda habiskan di media sosial, atau menghapus aplikasi belanja dari ponsel, bisa membantu mengurangi godaan untuk berbelanja.
3. Fokus Pada Aktivitas Positif
Mengisi waktu dengan aktivitas yang bermanfaat dapat membantu mengalihkan perhatian dari keinginan untuk berbelanja. Jalan-jalan, yoga, atau berkumpul dengan teman bisa menjadi pengalihan yang efektif. Menulis jurnal atau terlibat dalam kegiatan sukarela juga bisa menjadi cara yang baik untuk memberikan makna pada hidup tanpa harus mengeluarkan uang.
4. Mulailah Menabung, Sedikit Demi Sedikit
Meskipun menabung mungkin terasa mustahil di tengah ketidakpastian ekonomi, menyisihkan sejumlah kecil uang setiap bulannya dapat memberikan rasa aman. Hal ini juga dapat membantu Anda membangun kebiasaan yang lebih sehat dalam mengelola keuangan.
Bahaya Doom Spending Bagi Ekonomi Masa Depan
Dampak doom spending bagi ekonomi global tidak bisa diabaikan. Ketika konsumen terus menerus terlibat dalam perilaku konsumtif yang tidak sehat, ekonomi menjadi tidak stabil. Sektor-sektor tertentu mungkin mendapatkan keuntungan jangka pendek dari peningkatan penjualan, namun dalam jangka panjang, tingkat utang pribadi yang tinggi bisa menyebabkan krisis ekonomi.
Di sisi lain, doom spending juga bisa memperparah ketimpangan sosial. Orang-orang yang terjebak dalam kebiasaan belanja berlebihan sering kali gagal menyisihkan uang untuk investasi atau tabungan, yang pada akhirnya menempatkan mereka dalam posisi yang lebih rentan di masa depan.
1. Pengaruh Pada Industri
Industri seperti fashion dan teknologi adalah yang paling diuntungkan dari doom spending, dengan tren terus berubah dan produk baru selalu diluncurkan. Namun, pola konsumsi yang tidak terkendali ini mendorong perusahaan untuk terus memproduksi barang secara berlebihan, yang pada akhirnya meningkatkan jumlah limbah dan polusi.
2. Krisis Utang Pribadi
Salah satu ancaman terbesar dari doom spending adalah krisis utang pribadi. Ketika seseorang terus menerus membeli barang-barang yang tidak diperlukan dengan skema “beli sekarang, bayar nanti” atau menggunakan kartu kredit, utang dapat menumpuk dengan cepat. Pada akhirnya, ini bisa berdampak pada kreditur, perbankan, dan ekonomi secara keseluruhan.
Menghindari Doom Spending untuk Masa Depan yang Lebih Sehat
Doom spending mungkin tampak seperti solusi sementara untuk mengatasi kecemasan dan ketidakpastian, tetapi dalam jangka panjang, itu hanya akan menambah masalah baru. Dengan lebih banyak orang yang terjebak dalam siklus konsumsi impulsif ini, kita harus mulai menyadari bahaya yang ditimbulkan bagi ekonomi, lingkungan, dan kehidupan pribadi.
Sebagai masyarakat, kita perlu mempromosikan kesadaran finansial yang lebih baik, mengurangi ketergantungan pada konsumsi berlebihan, dan mendukung gaya hidup yang lebih berkelanjutan. Dengan begitu, kita bisa keluar dari lingkaran doom spending dan membangun masa depan ekonomi yang lebih stabil dan sehat.